Namanya Vuvuzela, kadang juga disebut "lepatata" (dalam bahasa Setswana) atau terompet stadion, adalah terompet / sangkakala yang ditiup, terbuat dari plastik, dengan panjang sekitar satu meter, dan biasanya ditiup oleh para suporter dalam pertandingan sepak bola di Afrika Selatan. Terompet ini juga menjadi simbol olahraga di negara Afrika Selatan.
Dahulu kala vuvuzela awalnya terbuat dari tanduk kudu — "ixilongo" dalam bahasa isiXhosa dan "mhalamhala" dalam bahasa Tshivenda. Cerita Rakyat mengatakan bahwa, pada zaman dulu, terompet ini digunakan untuk memanggil orang untuk pertemuan.
Terompet ini merupakan suatu instrumen, tetapi tidak selalu merupakan instumen musik. Dan sulit untuk menggambarkan suasana di sebuah stadion penuh sesak dengan ribuan suporter yang meniup vuvuzela. Dari dekat suaranya seperti gajah, pasti, tapi secara massal suaranya lebih seperti segerombolan lebah besar yang sangat marah. Dan ketika ada aksi pemain bola di dekat mulut gawang, mereka menjadi suara lebah yang benar-benar gila.
Tidak ada kepastian tentang asal-usul kata "vuvuzela". Ada yang bilang kata tersebut berasal dari bahasa isiZulu yang artinya "membuat ribut". Yang lain mengatakan kata tersebut berasal dari bahasa slang yang terkait dengan kata "pancuran", mungkin karena "menghujani orang dengan musik" — atau, sepintas saja, vuvuzela tampak sedikit mirip dengan kepala pancuran (shower head).
Karena begitu nyaringnya suara vuvuzela beberapa kalangan berpendapat trompet ini sebaiknya dilarang di arena Piala Dunia. Mereka yang menentang trompet ini antara lain adalah para pemain dan pengelola stasiun televisi
Bagaimanapun juga, suara vuvuzela telah banyak membuat kejutan selama Piala Konfederasi FIFA. "For someone who is not used to it, it might be a bit awkward," kata Gladys Gialey, seorang suporter fanatik tim Bafana Bafana. "This is why I believe we must educate fans from outside South Africa about it. For me, as a football fan, I don't have a problem with it."
No comments:
Post a Comment
SO....